LDII

LDII
Official Website
Minggu, Mei 11, 2014
0 komentar

Kisah Penjual Ikan


Cerita Sang Penjual Ikan. Seseorang pedagang ikan memulai berjualan di pasar dipagi hari. Agar dapat menarik pembeli ia memasang papan pengumuman bertuliskan “HARI INI DI SINI JUAL IKAN SEGAR“.

Tidak lama kemudian datanglah seorang pengunjung yang menanyakan tentang tulisannya.

“Mengapa kau tuliskan kata HARI INI? Bukankah kau memang hari ini berjualan, bukan kemarin atau besok?” Pedagang ikan itu berpikir dan menjawab, “Iya, Anda benar.”

Kemudian ia menghapus tulisan “HARI INI” dan di papan tersebut tulisan berkurang menjadi “DISINI JUAL IKAN SEGAR“

Beberapa saat kemudian datang pembeli ke dua. Pembeli tersebut juga menanyakan tulisan di papan, “Mengapa kau tulis kata DISINI ? Bukankah semua orang sudah tau kalau kau berjualan DISINI , bukan DISANA atau di tempat lain?” “Benar juga!” pikir si pedagang ikan tersebut, lalu dihapusnya kata “DI SINI” dan tinggallah tulisan “JUAL IKAN SEGAR“.

Tidak lama kemudian datang pengunjung ke tiga yang juga menanyakan tulisannya. “Mengapa kau pakai kata SEGAR ? bukankah semua orang sudah tau kalau yang kau jual adalah ikan segar, bukan ikan busuk?” “Benar juga” pikir si pedagang ikan, lalu dihapusnya kata “SEGAR” dan tinggallah tulisan “JUAL IKAN“

Sesaat kemudian datanglah pengunjung ke empat yang juga menanyakan tulisannya, “Mengapa kau tulis kata JUAL? Bukankah semua orang sudah tahu kalau ikan ini untuk dijual, bukan dipamerkan atau dibagikan?” Benar juga pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata JUAL dan tinggalah tulisan “IKAN“

Selang beberapa waktu kemudian, datang pengunjung ke lima, yang juga menanyakan tulisannya : “Mengapa kau tulis kata IKAN?, bukankah semua orang sudah tau kalau ini Ikan bukan Daging atau Sayur?” “Benar juga” pikir si penjual ikan, lalu diturunkannya papan pengumuman itu.

Tinggallah pedagang ikan tersebut berjualan tanpa memasang papan tulisan, dan keinginan menarik pembeli gagal sudah.

Hikmah Kisah/ Pesan Cerita ini: Yakinlah bahwa tidak mungkin kita bisa memuaskan setiap orang. Sudah menjadi fitrah manusia untuk berbeda pendapat, rambut sama hitam namun pendapat berbeda-beda. Jadi utamakan suara hati anda… biarlah orang lain berpendapat… jangan mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain bila anda merasa itu sudah sesuai dengan tujuan anda. Kadang kita mendengarkan pendapat orang lain, agar kita tidak salah mengambil keputusan. Tapi, jangan mendengarkan pendapat orang lain dan dengan serta merta mengikuti apa yang dikatakan orang lain, hanya untuk memuaskan mereka. Apalagi urusan keyakinan/pedoman ibadah, kalau kita sudah yakin dengan apa yang kita amalkan ya mantapkanlah hati kita, jangan terpengaruh cercaan dan hinaan orang lain.

Namun tetaplah shobar dan rendah hati, Firmankan Allah SWT dalam QS. Al Furqon : 63


Dan HambaNya Allah yang Maha Penyayang adalah orang-orang yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati/tidak sombong, dan ketika berbicara jelek (mencerca) kepada mereka katakanlah “keselamatan” (maksudnya shobar atas cacian/omongan jelek mereka).


Jadikanlah cercaan dan makian sebagai motivasi untuk instrosepksi diri atas kekurangan kita dan perbaikilah! misal kita kurang berbudi luhur dan berbudi ashor, kurang bisa menempatkan papan, empan, adepan, dll, perbaikilah. Kitalah yang paling tahu tentang hidup kita sendiri, kita paling mengerti apa yang kita cari dan kita butuhkan untuk diri kita sendiri, kita yang mengalami dan merasakan mantapnya apa yang kita yakini dan kita amalkan. Dengarkan dan turuti perkataan orang lain, selama itu membantu Anda mengembangkan diri Anda. Tapi, buang jauh-jauh segala komentar dan pendapat orang lain, jika Anda merasa itu tidak akan membuat Anda menjadi lebih baik. Percayalah pada diri Anda sendiri. Selalulah mohon petunjuk dan perlindungan Allah SWT.


Kisah di atas diceritakan oleh: Tanudibyo, Nancy. 2010. Kisah tentang Seekor Sapi yang Jujur. Media Pressindo. Jakarta.

Source:
http://jabar.ldii.or.id/cerita-sang-penjual-ikan/
Artikel ini berasal dari http://jabar.ldii.or.id | Website Resmi DPW LDII Jawa Barat.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer
Top