Kehidupan di alam dunia ini sangat indah ketika berguru pada
burung. Sikap tawakal yang pantang menyerah terpatri dalam dada seekor burung.
Burung tidak memiliki simpanan pangan apalagi gudang logistik. Namun ketika
pagi menjelang, burung keluar dari sangkarnya dengan ceria dalam keadaan perut
lapar. Saat sore menjelang malam, burungpun pulang dalam keadaan perut kenyang.
Sikap tawakal dari seekor burung, dapat dijadikan daya juang dalam membangun
keluarga sakinah, yang penting usaha, bekerja, ikhtiar untuk memperoleh rejeki
dari Allah SWT. Dengan tawakal, hidup tanpa beban.
Usaha itu wajib, namun hasilnya tidak wajib. Sebab urusan dapat atau tidaknya
adalah urusan hak prerogatif pemilik dan pemberi rejeki, Allah SWT. Kita
percaya betul, ketika burung pulang ke sangkarnya disambut kemeriahan anak-anak
burung yang berebut makanan dari paruh sang induk untuk memperoleh jatah
makanan. Dalam sekejap, vila sangkar itupun menjadi sunyi senyap lantaran
anak-anak burung itu terlelap tidur, dalam suasana tenteram dan perut mereka
kenyang.
Keluarga sakinah bukan berarti keluarga yang tanpa dosa dan selalu mulus
perjalanannya. Tetapi ibarat nahkoda, bagaimana bisa bersikap bijaksana dalam
mengarungi luas samudera kehidupan. Suami berusaha menjadi nahkoda dan istri
menyiapkan makanan dan sesekali menunjukan arah ketika suami lalai.
Tugas kedua orang tua adalah membina anak-anaknya dengan
penuh kasih sayang untuk mencapai faqih fiddin, akhlaqul karimah, dan mandiri serta
memilki 6 tobiat luhur yaitu jujur, amanah, mujhid-muzid, rukun, kompak dan
kerjasama yang baik.
0 komentar:
Posting Komentar