Fitrah Manusia

السلام عليكم ورحمة اللّٰه وبركاته

Menasehati adalah fitroh,  panggilan jiwa & kebutuhan manusia. Tanpa di suruhpun secara langsung atau tidak,  dengan cara yg baik,  dalam keadaan sedang merasa enggan dan ringan hati akan selalu menasehati saudara muslim,  mukmin,  yang di ketahui melanggar norma - norma yang berlaku baik dlm internal or external, baik dalam keluarga,  masyarakat dan agama.

Dinasehati juga adalah fitroh, panggilan jiwa & kebutuhan sesama mukmin,  muslim. Namun dalam hal ini faktanya tidak semua saudara muslim,  mukmin, termasuk yang memberikan nasehat, senang di nasehati, serta bersedia mendengar,  menerima dan menjalankan nasehat. Lebih dari itu, orang yang menjadi obyek nasehat,  baik itu dari muslim, mukmin,  bisa marah, menganggap orang yg memberikan nasehat turut campur urusannya,  dan mencap atau menjustipikasi orang yang menasehatinya sebagai orang yang sok suci,  sok bener sendiri...

Sejatinya dinasehati adalah menguntungkan. Selayaknya orang yang dinasehati tidak cukup  sekedar mendengar dan menerima nasehat dengan dan ikhlas hati,  namun lebih dari itu seharusnya kita merasa beruntung,  bersyukur kepada Allah swt. Lalu berterima kasih kpd orang yang menasehatinya meskipun mungkin boleh jadi terkadang cara memberikan nasehat kurang berkenan di hati.

Terlebih yang menasehati adalah para ustadz/dzah,  para ulama,  kyainya sendiri,  ortunya sendiri, pasangan hidupnya sendiri atau kakaknya sendiri dll.

Nasehat yang di berikan org lain ketika kita berniat akan berbuat salah bs mencegah kita dari benar2 berbuat salah. Nasehat yg kita terima ketika kita telah berbuat salah menjadikan diri kita bisa mengetahui & menyadari kesalahan kita,  mencegah kita terus menerus melakukan perbuatan salah, serta bisa mendorong kita untuk bertaubat kpd Allah swt dgn taubatan nashuuha.

Yang paling repot sak dunia.... itu kan sebenarnya dlm kesalahan tetapi merasa benar dgn dalih hasil musyawaroh, sdh di acc pengaturnya, pdhal hakikinya tdk demikian, nah kalau keburu mati dan blm ada org lain yg menasehati dan juga blm sempat mentaubatinya,  trs gimana ? Apa tidak merasa takut mati dlm keadaan membawa dosa ?...

Saudara2ku yg saya hormati dan cintai,  orang lain adalah layaknya cermin bagi diri kita. Kita membutuhkan cermin untuk melihat wajah dan diri kita, apakah telah berpenampilan pantas. Kita tidak bisa melihat wajah,  kepala dan tubuh bagian belakang kita tanpa cermin. Ketika kita bercermin kita mendapati ada sesuatu yang tidak pantas pada wajah atau badan, kita tentunya tidaj akan marah-marah pada cermin. Yg kita lakukan adalah menghilangkan sesuatu yg mengganggu penampilan. Berangkat dengan dasar sabda Rasulullahi saw :

- حَدَّثَنَا الرَّبِيعُ بْنُ سُلَيْمَانَ الْمُؤَذِّنُ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ عَنْ سُلَيْمَانَ يَعْنِي ابْنَ بِلَالٍ عَنْ كَثِيرِ بْنِ زَيْدٍ عَنْ الْوَلِيدِ بْنِ رَبَاحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُؤْمِنُ مِرْآةُ الْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنُ أَخُو الْمُؤْمِنِ يَكُفُّ عَلَيْهِ ضَيْعَتَهُ وَيَحُوطُهُ مِنْ وَرَائِهِ  رواه أبي داود

Artinya : " Telah menceritakan kepada kami Ar Rabi' bin Sulaiman Al Muadzdzin berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb dari Sulaiman -maksudnya Sulaiman bin bilal- dari katsir bin Zaid dari Al Walid bin Rabah dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seorang mukmin itu cermin bagi mukmin lainnya, dan seorang mukmin itu saudara bagi mukmin lainnya; ia membantunya saat kehilangan (ikut menanggung kesulitannya) serta menjaganya (membelanya) dari belakang." ( HR. Abu Dawud )
Demikian yg bs sampaikan semoga bermanfaat....
آمين ياربّ العالمين،  الحمدلله جزاكم اللّٰه خيرا
والسلام عليكم ورحمة اللّٰه وبركاته

Pengirim: Ust. M. Yunus